-->
-->
’Saya’ menjadi seperti sekarang ini, bukan atas kemauan sendiri, orang tua, ketua RT dan juga bukan oleh Presiden sekalipun. ’Saya’ berkulit putih dan bermata sipit atau warna kulit yang lain adalah anugerah Tuhan, ’saya’ ada karena rencana Tuhan Sang Pencipta. Demikian juga ’engkau’, ’kamu’, ’dia’ dan ’mereka’ ada karena dikehendaki oleh Tuhan.
Aku |
Tujuan:
1. Agar peserta lebih mengenal diri dengan menggambarkan situasi
dirinya.
2. Agar peserta dapat
menerima dirinya dan orang lain apa adanya.
3. Agar peserta
semakin dapat bersyukur kepada Tuhan.
Tempat
: Ruang
pertemuan (waktu pengarahan)
Metode
: Ceramah,
tanya jawab, renungan, sharing, tugas
pribadi.
Sarana : Gambar-gambar,
blocknote, papan/white-board, spidol/kapur, alat tulis, tape,
kaset.
Pemikiran Dasar
Siapakah yang tidak mengenal dirinya sendiri? Semua orang pasti
mengenal dirinya. Namun sesungguhnya, setiap orang tidak mampu mengenali semua
aspek dirinya dengan baik. Ada
sisi-sisi tertentu dari dirinya yang tidak ia kenal dan juga tidak dikenal oleh orang lain.
Ada dua aspek dalam diri
manusia, yaitu jasmani dan rohani atau lahir dan batin. Hal-hal jasmaniah dapat
diketahui dengan mudah karena semua orang dapat melihatnya, sedangkan aspek
rohaniah dapat diketahui melalui sikap hidup, perilaku, cara bicara, cara
mengungkapkan perasaan, dan sebagainya. Itu pun tidak semuanya benar karena ada
unsur kejujuran dan kepura-puraan yang senantiasa mempengaruhi manusia.
Meskipun demikian, tetap ada area ‘gelap gulita’ yang tidak diketahui atau
dikenal, baik oleh dirinya sendiri maupun orang lain. Itulah bagian misteri
hidup manusia.
Pengenalan “Aku” meliputi
identitas diri, misalnya nama, tanggal lahir, golongan darah, agama, jenis
rambut, warna kulit, dan berat badan. Aspek-aspek lain yang melekat pada “Aku”
adalah sifat, watak, intelektualitas, bakat, perasaan, vitalitas, dan
religiositas atau keimanan.
Pokok pembicaraan “Siapakah
Saya ini?” dibahas bersama peserta dalam suasana serius dan hening. Suasana
canda sebagai penghilang rasa kantuk sesekali bisa diadakan. Namun, suasana
hening harus selalu diusahakan untuk membantu peserta dalam proses pembatinan.
Diadakan ceramah atau penjelasan diselingi tanya jawab, renungan, dan tugas
pribadi sebagai langkah internalisasi nilai-nilai.
Pelaksanaan
1. Pertemuan
dimulai dengan doa atau menyanyi bersama.
2. Pengarahan:
SIAPAKAH SAYA INI?
Setiap manusia memiliki tanda pengenal yang membuat dirinya dikenal dan
diketahui oleh orang lain. Tanda-tanda pengenal itu berupa nama, agama,
pendidikan, status sosial, pekerjaan dan lain-lain.
Nama diberikan oleh orangtua atau orang dewasa sewaktu anak masih bayi.
Dalam perkembangan selanjutnya anak mendapat tambahan nama misalnya nama
baptis, tambahan gelar pendidikan atau ada yang sengaja mengganti namanya
karena tuntutan pekerjaan, misalnya para yang sering dilakukan oleh para artis.
Nama entah pemberian orangtua atau diciptakan sendiri tetap penting bagi
seorang manusia, karena ia dapat disapa dan diajak berkomunikasi.
Warna kulit, jenis rambut, bentuk mata
serta ciri khas lain, sering
menjadi tanda juga untuk mengenal asal-usul seseorang. Gadis berkulit putih dan
bermata sipit orang sudah menebak, orang itu pastilah keturunan China. Pria
berkulit hitam dan berambut keriting kemungkinan orang Irian, Ambon atau
Flores. Tanda-tanda itu tidak pasti benar karena ada orang Jawa yang berambut
keriting tetapi ras yang dikenal umum adalah demikian.
’Saya’ menjadi seperti sekarang ini, bukan atas kemauan sendiri, orang tua, ketua RT dan juga bukan oleh Presiden sekalipun. ’Saya’ berkulit putih dan bermata sipit atau warna kulit yang lain adalah anugerah Tuhan, ’saya’ ada karena rencana Tuhan Sang Pencipta. Demikian juga ’engkau’, ’kamu’, ’dia’ dan ’mereka’ ada karena dikehendaki oleh Tuhan.
Setiap orang boleh membanggakan asal-usulnya tetapi tidak
untuk disombongkan dan tidak juga untuk menghina atau meremehkan orang lain.
Seseorang menjadi sipit matanya bukan karena kemauannya. Demikian juga orang
berkulit putih, hitam dan berambut lurus adalah karena ras yang bila ditelusuri
akan bermuara pada satu jawaban akhir yaitu Tuhan.
Bila Tuhan mahabaik, mahaadil, mahamurah, mahabijaksana dan asal segala
kebaikan mengapa ada penderitaan, ketidakadilan, dan kesengsaraan? Apakah Tuhan
membeda-bedakan manusia, mementingkan nasib golongan tertentu dan membiarkan
yang lain?
3. Renungan
selama 10 menit. Peserta diam, boleh menutup mata sambil diperdengarkan sebuah
lagu, misalnya Who am I dari Civita 1.
4. Tugas
Pribadi; Peserta diberi tugas membuat sebuah karangan singkat atau puisi yang
isinya rumusan tentang “Siapa Saya”. Gambaran diri itu bisa dilambangkan dengan
kembang, pohon, serangga, binatang, burung, dan sebagainya. Supaya lebih jelas
bagi mereka, sebaiknya pendamping membacakan sebuah contoh karangan tentang
“Siapa Saya.”
SIAPA
SAYA ?
Saya
adalah sebatang pohon yang tumbuh liar
di jalanan yang tak pernah mendapat sentuhan dari ayah dan ibu saya. Saya
tumbuh di dalam tanah dari kecil hingga aku besar. Saya tak pernah mendapat
perhatian dari orang-orang yang saya cintai.
Saya
adalah orang yang senang berkawan, tetapi saya disisihkan oleh mereka. Saya
berharap sekali mereka mau memberi perhatiannya walau hanya sedikit. Bila saya
mengingat akan diri saya rasanya saya ingin menangis. Saya ingin mengungkapkan
apa yang menjadi ganjalan hati saya, tetapi kepada siapa aku mengadu?Sedangkan
orang tuaku dan saudaraku sibuk dengan dirinya sendiri. Saya tumbuh menjadi
anak yang agak nakal. Kadang saya marah kepada seisi rumah karena kejengkelan
saya kepada mereka. Kadang saya sedih sekali melihat diri saya, tetapi saya
mencoba bangkit sendiri. (Endang)
Selama mereka mengerjakan tugas,
keheningan tetap dijaga.
5. Setelah
15-30 menit, karangan dikumpulkan.
6. Akan
dipilih beberapa karangan untuk dibacakan di dalam ibadat.
***
***